Nama Kelompok :
Rini Nur Amalina (16516438)
Syafalia Mutiara P (17516217)
Kelas : 2PA18
MEDIA DISRUPTION (Gangguan Media)
Kita semua mengharapkan komputer dan internet
kita berinteraksi dengan kita. Namun demikian, tidak peduli betapa kompleks dan canggihnya
alat elektronik, akan selalu ada saat-saat ketika mereka gagal untuk hidup
sampai akhir dari tawar-menawar mereka. Akan ada saat-saat ketika perangkat
lunak dan perangkat keras tidak berfungsi dengan baik, ketika suara mengganggu
komunikasi, dan koneksi terputus. Akan ada saat-saat ketika sistem
telekomunikasi tidak memberi kita apa-apa, bahkan tidak ada pesan kesalahan. Rasa frustrasi
dan kemarahan yang kita alami sebagai reaksi terhadap kegagalan ini mengatakan
sesuatu tentang hubungan kita dengan mesin dan internet kita - sesuatu tentang
ketergantungan kita pada mereka, kebutuhan kita untuk mengendalikan mereka. Kurangnya respons juga membuka pintu bagi kita untuk memproyeksikan segala macam kekhawatiran
dan kecemasan ke mesin yang tidak memberikan jawaban. Hal ini disebut sebagai pengalaman lubang hitam dari dunia
maya. Untungnya, beberapa lingkungan yang dimediasi komputer lebih kuat dari
yang lain. Perbedaan-perbedaan dalam kehandalan, prediktabilitas, dan
ketergantungan menanggung efek psikologis yang penting.
Surfing di
internet memang menyenangkan. Upload berbagai macam foto, download video,
chatting dengan teman dan hal lainnya seperti browsing, bertukar e-mail, atau
Skype.
Namun, kegiatan tersebut akan berubah menjadi menjengkelkan ketika koneksi internet tiba-tiba menjadi lambat. Berikut ini adalah beberapa hal yang menyebabkan koneksi internet menjadi lambat :
Namun, kegiatan tersebut akan berubah menjadi menjengkelkan ketika koneksi internet tiba-tiba menjadi lambat. Berikut ini adalah beberapa hal yang menyebabkan koneksi internet menjadi lambat :
- Kekuatan sinyal dari provider. Semakin jauh BTS dari lokasi Anda, maka kecepatan koneksi internetnya juga semakin buruk.
- Adanya pembatasan pemakaian dari pihak provider. Misalnya, hanya pada pemakaian 1 GB pertama saja kecepatan koneksinya tinggi, setelah itu kecepatannya akan semakin berkurang.
- Biasanya pengguna paling sering menggunakan internet pada saat sore hingga malam hari. Banyaknya jumlah pengguna yang menggunakan akses internet pada saat yang bersamaan juga mempengaruhi kecepatan koneksi internet. Maka dari itu, hindarilah menggunakan akses internet pada saat jam-jam trafik (padat).
- Tentunya setiap browsing di internet, browser akan menyimpan cache, cookies dan history mengenai laman website yang dikunjungi. Nah, setiap minimal sebulan sekali, usahakan untuk menghapus/ membersihkan ketiganya.
- Mungkin, karena ingin browser Anda terlihat style, Anda menambahkan berbagai macam Add Ons maupun Plugin. Perlu Anda ketahui, banyaknya Add Ons ataupun Plugin di dalam browser Anda malah menyebabkan software menjadi rawan crash.
- Membuka banyak tabs dalam waktu yang bersamaan juga berpengaruh terhadap lambat tidaknya koneksi internet, karena semakin banyak tab yang dibuka, maka akan semakin berat pula kinerja perangkatnya.
Ericsson melalui
ConsumerLab-nya mempublikasikan sebuah riset bertajuk “The Stress of Streaming Delays”. Para responden dibagi
menjadi tiga kelompok yang diberi gawai dan sebuah pekerjaan dengan modal
jaringan internet tanpa gangguan, dengan gangguan jaringan tingkat menengah,
dan gangguan jaringan tingkat tinggi.
Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui respons responden dari ketiga situasi di atas. Pendekatan yang
dipakai adalah studi neurosains sehingga peneliti memantau aktivitas otak,
gerakan mata, dan nadi responden selama mereka berselancar ke beberapa situs web dan menonton video
klip. Mereka juga mengukur persepsi responden operator jaringan internet yang
dipakai sebelum dan sesudah dilaksanakannya penelitian.
Hasilnya menunjukkan,
penundaan dalam memuat sebuah laman dan video meningkatkan level detak jantung
dan stres responden. Rata rata dalam sekali penundaan akan menghasilkan 38
persen peningkatan detak jantung. Sedangkan untuk stres, partisipan telah
menunjukkan stres sejak awal memegang gawai sebab salah satu perintahnya yakni
menuntaskan sebuah pekerjaan dengan waktu yang terbatas. Dalam pelaksanaannya,
penundaan-penundaan dalam akses internet membuat tingkat stresnya lebih tinggi
lagi.
Stres sebesar 13 persen
bahkan tetap ada pada kelompok responden yang jaringan internetnya lancar jaya.
Untuk kelompok kedua dengan penundaan tingkat menengah, tingkat stres di awal
penelitian sudah mencapai 16 persen. Setelah penundaan-penundaan selama dua
detik di sisa penelitian tingkat stresnya naik menjadi 31 persen. Sementara itu
di kelompok dengan tingkat penundaan paling tinggi sudah merasakan kenaikan
tingkat stres sebesar 19 persen di awal riset. Di sisa riset dengan
penundaan-penundaan hingga 6 detik, tingkat stresnya sudah mencapai 34 persen.
Stres barangkali akan
selalu jadi harga yang mesti dibayar mereka yang tak bisa hidup tanpa internet.
Hidup tanpa internet? Apakah bisa? Nielsen, lembaga riset media dan ekonomi asal Inggris, pernah
merilis laporan yang menyebutkan bahwa kebanyakan konsumen di dunia merasa
gelisah jika berada jauh dari gawainya, dari medsosnya, dari dunia sekundernya.
Dalam laporan yang
dirilis pada Oktober 2016 tersebut, Nielsen menyatakan bahwa 56 persen konsumen
global tidak dapat membayangkan hidup tanpa perangkat ponsel pintarnya.
Kemudian, dijelaskan pula bahwa 53 persen konsumen global merasa tidak tenang
jika berada jauh dari perangkat mobile mereka. Bahkan, 70 persen konsumen
global merasa perangkat mobile membuat hidup mereka menjadi lebih baik.
REFERENSI